Kamis, 08 September 2011

Hijabku Mendekatkan Jodohku

Hai hai,udah malem banget nih..lagi suntuk banget ngerjain skripsi. Nyoba refreshing dengan blogwalking. Hmmm ada inspirasi baru nih, dari twitter yang aku follow yaitu @mariberhijab aku terinspirasi untuk ikutan nulis hijab story ku dan mensharingnya di blog mariberhijab

Nah, setelah tadi udah aku ketik cerita hijabku dan udah dikirim ke emailnya mariberhijab aku juga mau publish diblogku sendiri..hehe (lumayan nambah2 postingan :D)
Selamat membaca ^.^



Tentang Hijabku,

Alhamdulillah, ini sudah hampir tahun kelima aku menggunakan hijab. Dimulai di pertengahan tahun 2006 tepatnya saat aku duduk di kelas 2 SMA aku memutuskan untuk berhijab. Niat dan keputusanku bukan semata-mata hadir begitu saja tanpa ada cerita. Aku dari kecil cenderung tomboi dan tidak suka yang bersifat terlalu perempuan, teman-temanku juga lebih banyak dari kalangan laki-laki. Entah mengapa aku dulu merasa nyaman berteman dengan laki-laki ketimbang perempuan. Ketomboianku dari SD sampai SMA masih terus menjadi styleku, cuek dan bandel.

Tahun ke tahun akupun merasakan bertambah dewasa, mengenal lelaki dan memiliki rasa cinta monyet (layaknya ABG jaman sekarang). Dan akupun mulai timbul ingin menjadi lebih feminim dari hal penampilan serta sikapku. Akupun mulai belajar seperti perempuan pada umumnya, berambut panjang, baju feminim dan sikap feminim. Semua merubahku karena kesukaanku pada seseorang teman laki-lakiku.

Tahun 2006 akupun sudah duduk dikelas 2 SMA, dimana akupun mulai memiliki teman banyak dan seorang laki-laki yang kusuka pun semakin dekat denganku. Sampai ketika suatu moment itu terjadi dimana kata-katanya mengegetarkan hatiku dan merubah hidupku. Saat itu ada acara Pesantren Kilat di sekolahku yang memang rutin diadakan. Layaknya santri pesantren pada umumnya saat-saat pesantren kilat kami seluruh siswa wajib berpakaian muslim, bagi pria mengenakan koko dan para wanita mengenakan pakaian muslim. Hal ini awalnya membuatku risih dengan baju serba panjang dan jilbab yang membuat gerah. Namun aku tetap mengikuti peraturan sekolah dan bertahan pada keadaan itu (walaupun sebenarnya setiap selesai pesantren dan pulang jilbab pasti dilepas). Sampai tiba pada suatu moment yang sampai sekarang aku tidak bisa melupakannya, singkat namun sangat membekas dihatiku. Saat dimana aku berpapasan dengan laki-laki yang aku suka dan saat itu aku dalam keadaan menggunakan jilbab, kata-kata yang selalu kuingat darinya “cantik banget pake jilbab, kenapa ga seterusnya aja pake jilbabnya”. DEGH, saat itupun juga hatiku bergetar dan seperti diantara mendapat cambukan dan kebahagian. Merasa cambukan karena aku merasa memang seharusnya wanita wajib mengenakan jilbab dan aku apa justru tidak betah memakai jilbab, dan merasa bahagia karena ternyata dia yang kusuka memperhatikanku. Moment saat itu hanya terjadi persekian menit namun efeknya merubah haluan hidupku :)

Sejak saat itu akupun terus berpikir dan berpikir “apakah aku harus mengenakan jilbab untuk selamanya?” aku terus mengumpulkan niat dan kesungguhan untuk keputusan besar dalam hidupku. Bukan apa-apa, aku hanya takut aku tidak dapat istiqomah dengan jilbabku dan hanya labil saja. Namun kata-kata dia begitu kuat teringat dihati dan pikiranku, akupun mulai mencoba-coba menggunakan jilbab di depan cermin (kebetulan kakakku berjilbab) jadi aku coba-coba jilbab kakakku sambil membayangkan diriku menggunakannya. Saat-saat akan memutuskan berjilbab atau tidak sangatlah tidak mudah, gonjangan hati yang bereaksi negatif dan positif bertengkar sendiri dalam pikiran-pikiranku. Sampai akhirnya, aku mulai mencoba dahulu berjilbab pada setiap hari jumat dan tidak dilepas (kebetulan setiap hari jumat seragam sekolahku muslim). Setiap jumat aku berjilbab sambil membiasakan dengan penampilan baru dan memantapkan hati. Dan akhirnya niat itupun muncul, aku akan menggunakan hijab untuk seterusnya.

Setelah niat dan keputusanku kuungkapan pada keluargaku, merekapun setuju terutama mama dan kakakku. Meraka mensuport aku dan membantu aku dalam segala hal. Mulai dari mencari semua seragam sekolah baru rok panjang dan baju panjang serta tak lupa jilbabnya. Kami belanja cukup banyak untuk seragam sekolahku.

Hari Seninpun tiba, hari dimana aku pertama kalinya menggunakan seragam sekolah serba panjang dan berjilbab. Banyak yang kaget dalam perubahan penampilanku. Banyak juga ucapan selamata dan doa untukku namun ada juga yang meledekku (kebanyakan para teman laki-lakiku). Diawal masa-masa berhijabku godaan datang makin banyak, mulai dari ilmu agama, perilaku sampai ejekan sebagian teman-temanku. Aku merasa aku berjilbab tapi ilmu agamaku masih sedikit dan perilaku akupun masih jauh dari perempuan berjilbab sebenarnya. Aku juga sempat mendapat ejekan dari beberapa teman-temanku yang menyebutku ‘badut’ karena kebetulan baju seragam muslimku agak kegedean dan belum sempat ke tukang jahit untuk disesuaikan dengan badanku. Kemudian mereka juga melihat sepertinya aku tidak pantas berjilbab karena terlihat aneh mukanya (secara aku memakai jilbab dengan gaya standar sekali). Cobaan itu terus saja mencoba menggoyahkan keteguhan hatiku sampai akhirnya aku tetap kuat karena laki-laki yang kusuka terus mensuport jilbabku.

Pada tahun yang sama beberapa bulan kemudian, laki-laki yang aku suka menyatakan cintanya kepadaku (anggap ini masih cinta anak SMA ‘cinta monyet’). Aku bahagia dengan hal itu dan status baruku menjadi pacarnya. Tahun demi tahun kami berpacaran dan aku tetap dengan jilbabku dan ia terus mensuport (walaupun dulu aku belum sepenuhnya berhijab, karena jika tidak lagi mood aku tak mengenakan jilbabku) namun ia terus mensuport dan memahami transisi yang sedang ku alami. Ia mengerti bahwa semuanya butuh waktu dan proses, tidak dapat instan jadi. Oleh karena itu dimasa-masa sekolahku aku memang tetap berjilbab namun terkadang dirumah jika tak sekolah aku tak mengenakan jilbabku. Dan ia pun tahu aku seperti itu namun ia tetap sabar dan mengerti.

Masa pacaran kami memasuki tahun ke 3 dan kamipun sudah sama-sama lulus. Aku melanjutkan untuk bekerja sambil kuliah dan ia kuliah (kebetulan ia kakak kelasku setahun diatasku). Hubungan kami pun semakin serius dan bukan ‘cinta monyet lagi’. Ia mulai mengenalkanku pada keluarganya, dan mulai menunjukkan keseriusannya kepadaku. Namun ada hal yang mengganjal dihatiku, aku mengatakan kepadanya hal yang benar-benar mungkin membuatnya kecewa. aku : “nanti kalau aku dikenalkan dikeluargamu jangan bilang aku berjilbab yah” |dia : “loh? Kenapa memangnya?” | aku : “ tidak apa-apa, hanya saja aku belum yakin apakah aku akan tetap terus berjilbab setelah ini. Karena aku takut susah mencari pekerjaan setelah lulus karena jilbabku” | dia : Astagfirullah, kenapa berpikiran seperti itu, rezeki itu datangnya dari Allah, jika Allah berkehendak maka tidak ada yang tak mungkin. Kenapa harus takut berjilbab karena takut tidak dapat rezeki, sedangkan rezeki milik Allah dan Allah mewajibkan setiap kaum hawa untuk menutup auratnya. Bukan tidak mungkin Allah malah melancarkan rezekimu karena jilbabmu.” | aku : “ tapi, aku tetap saja belum yakin. Kumohon, tolong mengerti aku” dan kalimat terakhir dari jawaban percakapan kami membuat aku terguncang, dia : “ terserah kalau memang begitu. Jika ingin menikah denganku dan menjadi istriku, aku ingin kau terus berjilbab. Namun jika kau memutuskan hal lain maka maaf aku tak bisa menikahimu dan menjadi suamimu” | aku : ..... (terdiam dan menangis)

Setelah terakhir percakapan kami, aku meminta waktu padanya. Lagi-lagi aku merasakan cambukan dan kebahagiaan seperti awal aku berjilbab dulu. Aku memang berjilbab karena Allah melalui dirinya, tanpa dirinya aku mungkin belum bisa istiqomah. Mungkin Allah menghadirkannya dalam hidupku untuk membimbingku lebih baik lagi. Semuanya aku pikirkan dan yakinkan dalam hati serta niat yang kuat. Aku percaya Allah menuntun dam membimbingku menjadi lebih baik melalu dia dan aku mencintai dia karena membuatku menjadi lebih baik lagi. Dan segala semua alasan yang kumiliki untuk keyakinan dan niat tulusku akhirnya kuputuskan untuk ISTIQOMAH dengan jilbabku dan lebih baik lagi... :)


When dreams will come true...

6 tahun kami bersama sampai saat ini, 6 tahun waktu yang cukup lama untuk penantian impian kami. Akhirnya sedikit demi sedikit puzzle impian kami mulai terkumpul. Tahun 2011 bulan juni lalu dia melamarku (antara dia dan aku). Dia yang selama 6 tahun ini menemani aku, akhirnya mengajak aku untuk menikah. Dan tanpa ingin berpikir panjang aku menerima lamarannya. Dia yang selama ini telah memberi pelajaran-pelajaran kepadaku, dia yang selama ini membimbing aku lebih baik, dan dia yang selama ini memotovasi aku untuk terus mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan setelah sholat isthigharoh, aku mendapat jawaban bahwa Allah SWT mungkin memang mengirimkan ia untuk menjadi imam dalam hidupku untuk menuju kebaikan.


Hijabku Mendekatkan Jodohku,

Dan sesuai judul cerita hijabku, melalui banyak cobaan dan pertengkaran batin yang cukup lama, dengan keputusan hijabku alhamdulillah Allah SWT mendekatkan jodohku. Laki-laki yang dari dulu aku suka dan membuka hatiku kini bersamaku dan karena hijabku laki-laki itu dekat denganku dan akan menikahiku yang insya allah akan dilaksanakan tahun depan. Mohon doanya yah teman-teman untuk pernikahanku semoga lancar dan dimudahkan oleh Allah SWT. Aamiin.

Terima kasih banyak untuk Fahmi yang selama ini membimbingku dan semua keluargaku yang mensuport aku setiap waktu dan spesial untuk para pembaca. Semoga cerita hijabku bisa menginspirasi kalian untuk berhijab :)

Wasslammualaikum Wr Wb

By : Ocha Naami

1 komentar:

  1. Hi,Kak Ocha. mungkin Kak Ocha nggak kenal aku. Tp aku tau kak ocha. :)
    Mengharukan sekali ceritanya, cerita kakak semakin memantapkan aku sm panda-ku ( ^ ^ ) [hihihihi sama-sama panggilannya panda]. Dulu di SMK aku juga belum berhijab, sampai akhirnya ketika bekerja aku berhijab, dan aku bertemu dengan dia. Salam kenal ya kak :D

    BalasHapus