"ini tulisan untuk ayahku yang terakhir (part 4)..."
Selasa, 16 Desember 2003 '09.30'
Pagi yang murung dan menyedihkan bagiku. Pagi ini sangat tidak kuharapkan. Kenapa pagi harus datang!! Semalam aku menangis terus menerus sampai ketiduran disamping jenazah ayahku. Malam itu aku ingin sekali bermimpi tentang ayahku. Tak terasa waktu begitu cepat, pagipun tiba dengan cepat. Semua orang sibuk mempersiapkan pemakaman ayahku. Aku masih sangat shock dengan kepergian ayah. Aku ingin sekali melihat ayah sebelum dimakamkan. Aku memohon berkali-kali kepada kakakku tapi ia tidak mengizinkan. Aku sangat sedih kenapa kakakku tidak mengerti perasaanku saat itu. Apa ia tidak merasa kehilangan dan terpukul seperti aku? Apa ia tak ingin melihat ayah untuk terakhir kalinya? Aku tidak menyerah begitu saja, aku lalu memohon pada pamanku. Akhirnya ia mau menemaniku melihat ayah. Kain yang menutupi ayah pun dibuka, aku melihat jelas ayah membujur kaku dibalut dengan kain kafan. Kemudian kain kafan di bagian muka pun dibuka, betapa mirisnya hatiku melihat wajah ayah yang sudah tak bernyawa lagi. Ayah sudah pergi untuk selamanya. Ayah tidak akan terbangun lagi. Terlihat jelas senyum ayah, ayah sudah tenanng disana, ayah sudah menutup matanya untuk selamanya. Aku tidak akan bisa lagi melihat tawanya, senyumnya, marahnya dan semua tentang ayah.
Tepat pukul 09.30 orang-orang sudah siap menguburkan ayahku. Ayah dimasukkan ke keranda besi dan disholatkan. Melihat pemandangan itu aku tak kuasa menahan air mataku. Aku membayangkan siapa yang akan memarahiku lagi jika aku salah, siapa yang akan mendengar keluhan2ku, siapa yang akan kujadikan tempat untuk bermanja-manja lagi. Setelah selesai disholatkan ayahpun diangkat menuju tempat peristirahatan terakhir. Langkah demi langkah ku telusuri, terasa berat kaki ini untuk melangkah.
Akhirnya sudah sampai dipemakaman. Tanah untuk mengubur ayah begitu dalam, ayah disana pasti kesepian dan merasa gelap serta sunyi. Ayah diturunkan ke dalam tanah yang sudah digali. Ada suatu keinginan untuk mencegah hal itu tapi keluargaku begitu kuat menahan dan memegangiku. Adzanpun dikumandangkan, mendengar adzan yang dikumandangakan oleh kakakku hati ini pedih dan tidak rela. Ingin sekali aku berteriak dan memanggil ayahku. Tangisanku tak kuasa ku bendung, terus isakan tangisan ini bercampung suara adzan yang dikumandangkan. Tapi semua itu percuma, itu tidak akan mengembalikan ayah dan malah sebaliknya aku akan membuat ayah sedih. Tanah demi tanah di turunkan. Perlahan-lahan ayah sudah tidak terlihat karena terkubur tanah. Doapun dibacakan dan pemakaman selesai. Saat itupun juga aku terhempas ke tanah didepan kuburan ayahku, menangis dan terasa gelap seketika...
"Selamat jalan ayah tercinta...semoga ayah diterima oleh Allah SWT...Amin"
Love,
Ocha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar